Minggu, 07 Desember 2014

Angkasa putih, Asa abu-abu


azky
Senin, 01 Desember 2014
Angkasa putih, Asa abu-abu

Bismillah . . . . .

pukul 07 : 43 pagi, matahari sudah tegak berdiri menyombongkan sinarnya ke seluruh penjuru dunia yang congkak ini, menyilaukan dan mengusik mimpi klasik
tak ada yang membangunkanku hari ini, sama seperti hari-hari biasanya. rasanya ada yang hilang, ada yang aku rindukan setiap pagi dan hal itu tidak akan aku dapatkan lagi !

dengan sedikit tersadar aku langsung merenung, mencoba mengais sisa-sisa mimpi yang masih hangat. ku seret pandanganku tertuju pada baju putih yang menggantung di sudut kamar, baju putih yang usang dan penuh coretan. ya baju seragam SMA yang jadi saksi berbagai kisah di masa itu.

gerbang sekolah yang tak kenal kompromi, bel sekolah yang menjengkelkan di waktu pagi dan kadang jadi pahlawan di jam terakhir, ruang kelas sempit yang ramai oleh celoteh remaja labil, meja sekolah yang beralih fungsi jadi alat tabuh dan bangku sekolah yang tak lelah menopang segala kelelahanku waktu itu. ya, semua itu hal biasa di sekolah yang saya rindukan saat ini.

tapi dari semua hal itu, ada hal yang paling aku rindukan !
seperti halnya anak-anak SMA normal pasti ada saja seseorang yang begitu di sukai di kelas, ya, ada seseorang yang paling aku rindukan dan yang paling aku sukai waktu itu
seseorang yang ku pandangi setiap saat, ku perhatikan setiap gerak-geriknya, dan terkadang membuatku hilang gairah untuk sekolah bila dia tak masuk kelas

namanya ? Ana Alfiana . . . . .
wajahnya biasa saja tapi terlihat cantik di mataku entah apa yang membuatnya terlihat cantik tapi yang jelas hati ini telah tertarik dan mataku seakan terpancung dan hanya bisa melihat dia
jika ku ingat suaranya, aku hanya bisa bergetar dan tak kuasa mendengar suara lembutnya
tatapan matanya, menghenyakkan, menyeretku kedalam penjara penuh fantasi yang aku sendiri sulit untuk keluar dari penjara itu mungkin karna aku sendiri tidak ingin keluar dari penjara itu
dan senyumnya, mampu merobohkan dinding perasaanku yang angkuh jadi pecah berkeping-keping

tapi, waktu itu aku tak pernah berani mengutarakan perasaanku kepadanya, entah kenapa rasanya sulit sekali untuk berbincang denganya, jangankan untuk mengobrol terkadang menatap matanya pun aku tak kuasa.
terkadang ada rasa takut, terkadang ada rasa gelisah ingin mengutarakanya tapi begitu di hadapanya aku kembali lemah dan ketakutan, hingga akhirnya aku hanya bisa menenggelamkan perasaan ini dalam-dalam

lama-kelamaan aku malah asik dengan perasaan terpendam ini, aku jadi egois dan hanya menikmati rasa itu sendiri tanpa ada usaha untuk mengungkapkan karna ketakutan yang berlebihan ini, hingga pada suatu saat dia pun akhirnya menjadi milik orang lain.
ada perasaan marah, kesal, benci, muak, juga bahagia. kenapa aku bahagia ?, itu karna pacarnya adalah sahabat dekatku sendiri, teman satu kelas, satu organisasi dan aku turut bahagia akhirnya dia punya pacar tapi aku tidak mengerti dengan perasaanku sendiri, aku tak pernah mengatakan apapun tentang perasaanku hingga tak pernah ada yang tau bagaimana cintaku terhadap Ana dan bagaimana benci dan bahagianya aku terhadap sahabatku sendiri

seiring waktu berjalan aku pun terbiasa dengan keadaan ini, meski begitu perasaanku terhadap Ana tak pudar secuil pun. aku masih menikmati sisa-sisa perasaanku terhadapanya yang sekarang rasanya mustahil untukku bisa miliki dia

pertengkaran terjadi di antara mereka berdua dan akhirnya mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka. aku senang ? iya aku akui aku senang tapi ada perasaan mengganjal dalam hatiku ini, perasaan seperti pengkhianatan meski aku tak pernah mengusik hubungan mereka. hingga akhirnya aku pun memutuskan untuk tetap memendam perasaan ini

hingga akhirnya tiba detik-detik terakhir bersamanya, ya acara pelepasan di SMA ku sendiri.
apa yang aku lakukan waktu itu ? jawabanya "tidak ada" aku masih tetap takut, aku masih lemah dan aku masih tidak bisa mengungkapakan perasaanku sendiri hingga rasa ini tetap diam dan mengendap menyumbat perasaanku sendiri dan ku biarkan Ana berlalu tanpa kesan dan tanpa pesan berlalu seperti hujan yang membasahi gurun kemudian datang kemarau untuk selamanya

4 tahun berlalu aku sedang bersiap-siap diri untuk segera pergi, pergi untuk menemui Ana di kediamanya, ada rasa bercampur aduk saat di perjalan, gugup, resah, gelisah, dan ketakutan tapi aku berhasil melewati semua itu hingga sampailah aku di kediamanya.
kondisi rumah yang sedikit ramai dari biasanya nampaknya masyarakat desa itu sedang berpesta, ya niatku hanya ingin menemui Ana itu saja tidak lebih
ku langkahkan kaki semakin dalam masuk dalam pekarangan rumahnya dan ku lihat Ana sedang duduk anggun dengan senyumnya, dengan rangkaian bunga di kepalanya, dengan gaun putih memancarkan pesona feminimnya dan melingkar cincin kawin di jemarinya. ya, hari itu adalah hari pernikahan, hari yang sangat membahagiakan dan sakral untuk Ana dan . . . . . . . suaminya.
aku hanya bisa melamun memandang indahnya dan tak ingin beranjak sedikit pun. rasanya senang bukan main bisa bertemu lagi dan melihat kecantikanya yang masih tersimpan jelas dalam hatiku lalu sekilas membuka secuil memori kecil tentangnya
juga ada rasa sakit yang aku sendiri tidak bisa menjelaskanya yang jelas sakit itu datang tiba-tiba namun bisa mengendap begitu lama seperti ingin menangkap mawar tapi aku terjatuh tepat di duri mawar yang tajam tapi juga terlihat indah, menancap sangat kuat !

aaahhhh . . . . . salah sendiri aku tak berani mengungkapkan perasaanku waktu itu dan inilah yang terjadi dan aku hanya bisa menerima, jika saja waktu itu aku bisa mnegungkapkan perasaanku padanya mungkin keadaanya akan berbeda tapi waktu tetap tegas berjalan maju dan aku tak bisa kembali ke masa itu

ayam jantan berkokok menyadarkan lamunanku, ah sudah sangat siang aku masih melamun di tempat tidur mungkin karna mimpiku semalam hingga bangun tidur aku malah bernostalgia dengan memori yang hanya bisa diputar ulang tanpa bisa di nikmati kesanya

dengan sekejap aku pun berbenah diri lalu pergi ke suatu tempat untuk suatu urusan, tak di sangka seseorang yang semalam ku mimpikan ada di hadapanku, aku merasa Do'a ku di kabulkan atas apa yang aku lihat dan bahkan merasa sangat senang melihat Ana dengan perutnya yang sudah berisi 4 bulan waktu itu
aku sempatkan berbincang kecil denganya dan kembali bisa mendengar suaranya dan melihat senyumnya. aku kembali gemetar dan terhenyak di hadapanya tapi kali ini tidak ada rasa takut yang ada hanya penyesalan, penyesalan yang tak pernah dia ketahui sedikit pun tentang perasaanku yang berhasil ku pendam bertahun-tahun. waktu itu terasa cepat dia pun berlalu dengan terburu-buru membawa suara indahnya, membawa  senyum manisnya

tak pernah dia tau, aku masih memendam perasaan ini sampai detik ini, tak pernah dia tau aku selalu mendo'akanya tapi yang jelas yang aku harapkan semoga dia selalu dalam kebaikan, bisa menjadi istri yang baik dan ibu yang baik dan aku akan selalu mendo'akan. Amin.

azky mif blog di 00.54 www.azky-prototype.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar